Minggu, 24 April 2022

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

“Kreativitas adalah tentang membuat hubungan antara satu hal dengan hal lainnya. Ketika Anda bertanya pada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya. Mereka hanya menemukan sesuatu yang kemudian menjadi jelas bagi mereka. Yang mereka lakukan adalah melihat hubungan antara berbagai pengalaman dan merumuskan hal baru.”

(Steve Jobs)

Filosofi Ki Hadjar Dewantara Sebagai Landasan dalam Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran

Landasar Filosofi Ki Hadjar Dewantara, tentang tujuan pendidikan sangat jelas dan terarah, Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

Dalam filosofi ini jelas tergambarkan bahwa pendidikan itu menuntun anak bukan menuntut anak, dalam proses menuntun, pendidik membutuhkan Skill dan ilmu didikan agar proses menuntun ini dapat berkembang dan dirasakan efektif oleh muridnya, selama menjalani pendidikan guru penggerak kami sudah sampai pada modul 3.1, Skill yang dibutuhkan guru/pendidik dalam proses menuntun adalah :

1. Membiasakan Budaya Positif dalam Menuntun

Pada Modul 1.4 tentang budaya positif, disini pendidik disuguhkan pengetahuan tentang
Kesepakatan Kelas 
perubahan paradigma stimulus-respon menjadi teori kontrol tujuannya agar CGP melakukan refleksi atas penerapan praktik disiplin yang dijalankan di sekolahnya, sehingga mampu mengembangkan disiplin yang lebih baik dari yang sudah berjalan, memahami 3 motivasi prilaku manusia agar pendidik mampu mengidentifikasi landasan anak melakukannya, membuat kenyakinan kelas sebagai pondasi dan landasan memecahkan konflik, memahami 5 kebutuhan dasar manusia, 5 Posisi Kontrol dan Segitiga Restitusi.

2. Melaksanakan Pembelajaran yang Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional

Penerapan pembelajaran yang berdiferensiasi adalah salah satu cara menuntun anak agar tumbuh kekuatan kodratnya, pembelajaran ini menjawab cara menuntun yang terintegrasi dalam pembelajaran dikelas, mengapa demikian, hal ini dikarenakan pembelajaran berdiferensiasi mengakomodir kebutuhan belajar anak, dalam pembelajaran ini juga anak dituntun untuk berkreasi dengan konten-konten yang diminatinya sehingga anak mampu menampilkan performa belajar nya sesuai dengan minat dan bakatnya, bila ada anak yang masih malu-malu maka pendidik akan menjalankan memprosesnya dalam bentuk bimbingan khusus secara individu dan kelompok, dalam pembelajaran berdiferensiasi ini pula anak akan lebih berinovasi dalam menghasilkan produk-produk belajar nya sesuai dengan kemampuan dan kreatifitas masing-masing. inilah mengapa pembelajaran berdiferensiasi mampu menuntun anak mendapatkan potensi dirinya yang selama ini tidak difasilitasi dengan baik oleh pendidik.

Proses Pembuatan Tape dalam pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran Sosial Emosional juga memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, menuntun
segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam pembelajaran Sosial Emosional ini ada kompetensi-kompetensi khusus yang harus diajarkan pada anak diantaranya Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi), Pengelolaan diri (Pengelolaan Emosi dan Fokus), Kesadaran Sosial (Rasa Empati), Kemampuan Kerjasama dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Poin-poin inilah yang harus disuntikkan pada anak-anak agar mereka benar-benar tertuntun dengan baik diri mereka sehingga tujuan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh KHD dapat terwujud dengan baik.

3. Coaching sebagai proses dalam Menuntun

Coaching adalah salah satu jalan yang ditempuh peserta didik untuk melejitkan potensi-potensi yang ada dalam diri anak, pada proses coaching inilah pendidik menggali potensi-potensi anak melalui pertanyaan - pertanyaan terbuka dan kontruktif, melalui coaching ini juga pendidik melakukan komunikasi yang asertif dan tidak menghakimi anak. proses menuntun seperti ini akan sangat nyaman dan emosional anak akan selalu terkontrol karena pendidik mendongkrak kemampuan-kemampuan anak yang selama ini terpendam dan tidak tersentuh dengan cara-cara yang bijak.

4. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Sebagai pendidik yang sudah melakukan tuntunan di atas dan anak sudah di bekali pengetahuan-pengetahuan agar dia mampu mencapai keselamatan dan kebahagian dalam hidup bermasyarakat, pada taraf ini pendidik sudah bisa dikatakan telah melakukan proses menuntun dengan formasi dan kerangka menuntun yang diharapkan oleh KDH, sebagai agen of change pedidik masih memiliki tuntutan akhir yaitu mengambil keputusan yang berpihak pada anak. Pengambilan keputusan ini tentu harus memiliki pondasi dan pedoman yang konkrit agar keputusan tersebut dapat dirasakan efeknya dengan baik oleh peserta didi, seperti yang dikemukakan oleh Mas Mentri "
Pengambilan Keputusan adalah seni berkolaborasi dengan yang lain
Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020). Dari pandangan Mas Mentri Pendidikan terlihat jelas bahwasanya keputusan yang diambil adalah keputusan yang berdampak pada murid, filosofi apa yang mendasari ini, tak lain adalah dalam menuntun anak tidak cukup dengan berbekal praktik-praktik baik yang selama ini dijalankan oleh pendidik bila pemangku kepentingan tidak mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Sebagai Pedoman dalam pengambilan Keputusan, Pendidik ataupun pemangku kepentingan dapat mempedomani pada 4 Paradigma Dilema Etika, 3 Prinsip Pengambilan keputusan dan 9 Langkah Pengujian. (Penjelasan mengenai ini akan kita kupas pada tulisan saya selanjutnya)

KESIMPULANNYA

       Menuntun anak yang dibutuhkan Skill dan Kompetensi yang harus dimiliki peserta didik diantaranya; Kompetensi Budaya Positif untuk membiasakan anak melakukan hal-hal yang baik dalam praktiknya di lingkungan keluarga dan sekolah, Dalam pembelajaran, proses menuntun terintegrasi dalam pembelajaran yang berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, kenapa dalam pembelajaran ini, karena pembelajaran tersebut mengakomodir kebutuhan belajar anak dan mengajarkan nilai-nilai universal dalam praktik pengelolaan emosi dan rasa empati. Dengan demikian setelah pendidik melakukan semua proses menuntun maka sampailah pada pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dimana keputusan tersebut di lakukan dengan mempertimbangkan 4 Peradigma dilema etika, 3 Prinsip Pengambilan Keputusan dan 9 Langkah Pengujian Keputusan.

2 komentar:

  1. Sangat menispirasi pak seoga terus berlanjut

    BalasHapus
    Balasan
    1. insyaallah buk, kita akan saling mendukung untuk mengembangkan potensi kita

      Hapus

Program Beasiswa Master Trainer Orbit Guru Merdeka Program Master Trainer Orbit Guru Merdeka adalah program paling bergengsi dalam mencetak ...